Selasa, 28 Agustus 2012

Cita-Cita Tinggi? Mengapa Tidak?!!!


Entry 2nd

Kadang, yang membuat saya kesal kepada para pemuda indonesia adalah satu perkataan sebagai berikut,

“Ah, gak mau bercita-cita terlalu tinggi. Nanti kalau gak kesampean kan jatuhnya sakit, dan mungkin aja jadi  kecewa berlebihan, sampai-sampai frustasi.”

Kata-kata inilah yang sebenarnya menyurutkan semangat anak bangsa zaman sekarang. Menutup pandangan mereka akan hal-hal positif yang menanti mereka di waktu yang akan datang. Menenggelamkan semangat agar terus berkreasi setiap harinya, lebih baik dan lebih baik. Memberikan doktrinasi “udahlah segini juga cukup” setiap harinya kepada pikiran mereka.

Padahal, cita-cita adalah salah satu hal yang paling penting di kehidupan ini loh kawan.

Kenapa?

Karena cita-cita adalah tujuan hidup kita di masa depan.

Karena cita-cita adalah patokan kita untuk melakukan kegiatan di hari ini dan hari yang akan datang.

Karena cita-cita adalah imaji paling manis yang dapat mengisi waktu luang kita dengan suatu kegiatan positif yang berdampak positif pula di masa depan.

Dan cita-cita adalah motor bagi semangat kita.

Dengan memiliki cita-cita, bukankah kita menjadi lebih terpacu untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan cita-cita itu? Dan itu sangatlah berdampak bagi kehidupan kita di masa depan. Misal, saya bercita-cita sebagai dokter. Setiap harinya saya berdoa agar cita-cita saya terkabul. Lalu saya menambah waktu belajar saya agar nanti bisa masuk jurusan kedokteran di universitas luar negeri. Jajan saya sedikit, karena saya sisihkan uang lebih banyak agar waktu kuliah nanti, saya tidak terlalu membebani orang tua. Dan saya sering surfing di internet untuk menjelajahi dunia kedokteran. Saya update akan dunia kedokteran.

Dapatkah kawan memperkirakan jadinya apa saya jika benar-benar melakukan hal-hal di atas?

Ya, belajar ditambah. Bidang sains, sosial, dan bahasa. Peluang besar saya akan mendapatkan beasiswa 100 % ke universitas luar negeri. Akademis bisa saya raih karena proses tadi.

Jikapun saya tidak ke luar negeri, mungkin saya bisa masuk universitas terbaik di Indonesia dengan jurusan kedokteran..

Dan kalaupun itu tidak terwujud, saya masih bisa belajar di fakultas kedokteran dimanapun itu universitasnya, walau swasta sekalipun. Tapi apa salahnya? Toh, yang dilihat bukankah kualitas pada diri kita masing-masing?

Ok, lalu, mungkin saya sudah memiliki tabungan yang berlebih untuk membiayai hidup saya di luar negeri bila saya kuliah di luar negeri. Atau di luar kota bila universitas terbaiknya ada di luar kota. Dan mungkin, bila itu tidak digunakan untuk biaya kehidupan (maksudnya masih dibiayai orang tua), saya bisa membeli perangkat penunjang kulia saya, misal literatur, PC, laptop, software, dan sebagainya. Dengan seperti itu, saya tidak terlalu membebani orang tua saya. Dan saya akan tetap belajar untuk menggapai cita-cita yang saya inginkan agar nanti dapat membahagiakan orang tua tercinta yang telah rela berkorban demi anak-anaknya yang tersayang.

Dan berpeluang besar, saya bisa menjadi seorang yang berpengaruh dalam discovery sesuatu yang baru dengan didukungnya oleh wawasan saya gara-gara sering surfing di internet tentang dunia kedokteran. Saya bisa kerja lebih muda dong karena discovery itu. Mengumpulkan wawasan dan pengetahuan, lalu berpikir, dan akhirnya mendapatkan sesuatu yang baru.

Dan hal-hal di atas semua dapat terjadi karena kita setiap hari berdo’a kepada Allah SWT. Di setiap usai sholat, kita berdo’a agar cita-cita kita terkabul. Dan kita berikhtiar untuk mewujudkannya. Akhirnya, tercapailah cita-cita kita itu. Allah memudahkan kita yang setiap hari beribadah dengan khusyuknya dan berdo’a agar cita-cita kita terkabul untuk menggapai cita-cita itu. Dan pada klimaksnya, seperti yang telah disebutkan tadi, kita pun akan menggapai cita-cita kita.

Dan setelah saya menyelesaikan studi kedokteran, saya langsung bekerja sebagai dokter. Banyak pasien yang berobat. Penghasilan saya lebih dari cukup untuk menghidupi saya, orang tua saya, dan keluarga saya. Akhirnya, saya dapat pergi haji bersama kedua orang tua tercinta.

Nah, ini semua dapat terjadi karena kita melakukan sebuah pengorbanan. Pengorbanan tenaga, waktu, dan finansial kita lakukan dari awal. Kita berdo’a, belajar di waktu luang, dan berkorban uang jajan agar dapat kita sishkan untuk menabung demi masa depan. Inilah pengorbanan paling manis sepanjang masa. Pengorbanan yang berujung pada sebuah kesuksesan yang tak ternilai harganya dibandingkan dengan pengorbanan kita di masa lalu.

 

“Tapi, bukankah kemungkinan cita-cita kita tak terkabul masih ada?”

Memang benar masih ada. Tapi walaupun tidak terwujud, tetapi kita telah naik tingkat menjadi seseorang yang lebih baik akibat pengorbanan kita untuk menggapai cita-cita itu. Tak ada namanya “jatuh dari cita-cita”. Pengorbanan demi pengorbanan yang kita lakukan otomatis menaikkan level kita. Dan kita pun akan tetap menjadi seseorang yang lebih baik dari dahulu, dan malah berguna bagi orang lain.

“Cari aman ah. Cita-citaku gak mau terlalu jauh.”

Sifat seperti ini harus kita buang jauh-jauh kawan. Motivasi akan seret jika kita terus bersifat seperti ini. Kita akan bekerja segitu-gitu aja. Gak ada peningkatan karena tujuan kita pun hanya sesuatu yang pas-pasan. Tak ada nilai waw, spektakuler. Semangat akan runtuh. Malas akan merambah. Dan nantinya, apakah akan sukses dengan ikhiar yang tidak optimal?

Toh, pepatah memgatakan,

“Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”

Dan kita pun belum tau langit itu ujungnya dimana. Langit itu setinggi apa. Jadi bebas dong kita bercita-cita. Setinggi apapun. Semuluk-muluk apapun.

Yang dilihat sebenarnya bukan hasil akhir kawan. Melainkan proses bagaimana kita berkorban untuk menggapai cita-cita kita.

Jika kita berikhtiar sepenuh hati dan tenaga, maka peluang besar cita-citamu akan terwujud. Dan walaupun tidak terwujud, kawan telah jauh berada di level atas daripada orang-orang yang cita-citanya gak mau tinggi-tinggi.

Jadi, bukankah cita-cita itu memang harus tinggi? Ya, agar kita tetap terus berusaha untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.

Maka dari itu, bercita-citalah yang tinggi dari sekarang kawan. Ayo semangat! Allahu Akbar!

“Cita-citaku ingin menjadi seorang dokter yang memimpin ikatan dokter sedunia!”

“Cita-citaku ingin menjadi seorang astronot yang berhasil menemukan planet yang bisa dihuni oleh manusia!”

“Cita-citaku ingin menjadi seorang arkeologi yang dapat memecahkan misteri Piramida!”

“Cita-citaku menjadi seorang anggota Power Ranger!!! (???)”

Oke, di akhir entry ini, saya akan menyampaikan quotes yang InsyaAllah dapat memberi motivasi kepada kawan semua.

“Pengorbanan merupakan suatu garis lurus yang ditarik dari titik kemelaratan menuju titik klimaks kesuksesan”

Sekian, bertemu di entry berikutnya... by Zuar

2 komentar: